Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Memahami Epistimologi Ekonomi Islam


Memahami Epistimologi Ekonomi Islam - Dalam memahami suatu ilmu pengetahuan diperlukan dasar-dasar yang kuat supaya ilmu tersebut terbukti kebenarannya dan dapat disebarkan kepada masyarakat untuk nantinya dapat diaplikasikan.

Salah satu landasan yang dapat digunakan untuk menguji suatu ilmu adalah landasan epistimologi. Epistimologi merupakan sebuah cabang dari ilmu filsafat yang digunakan untuk mengetahui seluruh proses dari terbentuknya sebuah ilmu pengetahuan.

Pengertian Epistimologi

Epistimologi pertama kali diperkenalkan oleh J.F Ferrier pada tahun 1854. Hakekatnya, landasan epistimologi membahas tentang asal-usul dari sebuah ilmu (sumber), proses untuk mendapatkan ilmu tersebut (metodologi), dan kebenaran dari ilmu yang telah didapat (validitas).

Hal tersebut juga berbanding lurus dengan pendapat ahli Miska Muhammad Amin di mana beliau berpendapat bahwa epistimologi berkaitan dengan beberapa aspek seperti, (1) Filsafat, yang digunakan untuk mencari hakekat dan kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan, (2) Metoda, digunakan untuk mengantarkan manusia guna memperoleh pengetahuan, dan (3) Sistem, digunakan untuk menguji kebenaran atau realitas dari sebuah ilmu pengetahuan.

Bagian-bagian Epistimologi

Epistimologi terdiri dari tiga bagian untuk akhirnya bisa dijalankan dan memperoleh hasil, yaitu:

1. Observasi

Observasi dapat membantu manusia dalam membentuk klasifikasi, abstraksi, serta asumsi untuk selanjutnya dikumpulkan sebagai suatu informasi dari objek yang sedang diamati.

2. Deduksi

Deduksi merupakan sebuah proses berpikir secara rasional untuk memperoleh kebenaran (validitas) yang kemudian digunakan untuk menarik kesimpulan.

3. Induksi

Induksi merupakan proses membuat kesimpulan khusus menjadi kesimpulan umum agar bisa masuk ke dalam lingkup masyarakat serta bisa diaplikasikan.

Memahami Epistimologi Ekonomi Islam

Untuk memahami epistimologi ekonomi Islam ada empat hal yang harus diketahui yaitu, perenungan mengenai sunnatullah yang telah dianjurkan oleh Al-qur’an, penginderaan, tafaqquh, dan penalaran.
Menurut ahli ekonomi Islam M. Akram Khan, sumber pembentuk ekonomi Islam adalah Al-qur’an, As-sunnah, Hukum Islam dan yurisprudensi, sejarah peradaban umat Islam, serta berbagai data mengenai kehidupan ekonomi.

Selanjutnya, untuk memahami epistimologi ekonomi Islam diperlukan ijtihad menggunakan rasio. Ijtihad ini terdiri dari ijtihad istimbathi (deduksi) dan ijtihad tathbiqi (induksi). Sedangkan orang yang melakukan ijtihad juga dibagi menjadi dua yaitu ijtihad fardi (dilakukan individu) dan ijtihad jama’iy (dilakukan oleh kumpulan orang banyak). Hasil dari ijtihad yang dilakukan manusia mengenai ekonomi Islam akan menghasilkan hukum serta metodologi ekonomi dalam Islam.

Dalam metodologi ekonomi Islam, manusia dituntut untuk berprinsip pada kebenaran dan menjauhi persangkaan. Oleh sebab itu, ekonomi Islam harus bersumber dari syari’ah yang sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Menurut Muhammad Anas Zarqa, metodologi ekonomi Islam terdiri dari:

  1. Presumptions and ideas, merupakan ide dan prinsip dasar yang bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, dan Fiqih Al-Maqasid. Ide ini harus bisa membangun kerangka berpikir terhadap ekonomi Islam itu sendiri.
  2. Nature of value judgement, merupakan pendekatan nilai menggunakan konsep utilitas dalam Islam.
  3. Positive part of economics science, merupakan penjelasan mengenai realita ekonomi dan bagaimana konsep ekonomi Islam bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Epistimologi ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi konvensional.  Ekonomi Islam disusun berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan ekonomi konvensional disusun menggunakan pendekatan empirisme dan rasionalisme akal pikiran.

Namun, ekonomi Islam dapat menerima aspek dalam ekonomi konvensional selama aspek metodologi ekonomi konvensional tidak bertentangan dengan ketentuan syariat Islam. Hal ini mengakibatka terbentuknya ilmu ekonomi Islam kontemporer yaitu, perekonomian yang menggunakan aturan syari’ah dan juga kaidah-kaidah  keilmuan modern.

Dalam memahami epistimologi ekonomi Islammasyarakat harus mengikutsertakan kajian aksilogis yang membicarakan ekonomi Islam menggunakan aspek nilai serta manfaat ilmu.

Jadi, berdasarkan penjelasan di atas, epistimologi ekonomi Islam merupakan sebuah disiplin ilmu yang dibentuk melalui metodologi ilmiah dengan berlandaskan syariat dan bukan hanya perkara empiris atau rasio semata.